Kampung Batik Giriloyo Bantul Yogyakarta - Di pedesaan yang tenang sedikit sunyi, Giriloyo merupakan desa yang bersih terawat apik. meski hari sudah siang tetapi tidak ada satu pun daun yang berceceran di jalan. Pohon serta tanaman terlihat menghijau menyeimbangkan warna-warna rumah mereka yang kebanyakan terdiri dari kayu menandakan bahwa para penghuni masyarakat di sini senang dengan kebersihan lingkungan. Sungguh yang ada rasa nyaman hingga membuat orang betah berkunjung ke sini. Di antara sawah yang terbentang nampak bukit mengelilingi desa ini. Bukit itu adalah tempat peristirahatan terakhir para raja Solo dan Jogyakarta. Sungguh elok pemandangan di sana.
Kampung Batik Giriloyo adalah sebuah desa yang berada di radius Komplek Pemakaman Raja-Raja Solo dan Jogyakarta, terasa sekali aura tenang, aura mistis yang damai berbau suasana daerah tua, tidak hiruk-pikuk. Kebanyakan warganya menjunjung tinggi unggah-ungguh karena banyak abdi dalem yang tinggal di sini. masih setia mengabdi kepada keraton walau tidak ditunjang dengan gaji besar, kebanyakan yang tinggal di sini, adalah cucu buyut abdi dalem keraton, sudah turun-temurun mengabdi sebagai abdi dalem. Pria dan wanita menjadi abdi dalem bertugas di Makam Imogiri, sebagian lagi bertugas piket di rumah kabupaten untuk melayani Kanjeng Pangeran Haryo Suryonagoro yang menjadi Bupati Juru kunci Makam Raja-Raja saat ini, beliau adalah wayah dalem Raja Pakubuwono X. Para abdi dalem ini bergilir piket untuk bertugas jaga.
Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta |
Mereka juga menjadi santri untuk Tahlil ketika ada tamu, putro wayah dalem ataupun dari kenegaraan dan yang lainnya untuk sowan nyekar ke Makam. Karena di Makam Raja-Raja inilah Raja-Raja dimakamkan. Sampeyan Ndalem Sultan Agung Adi Prabu Senopati Ing Ngaloga Abdurahman Sayidin Panotogomo dan para Raja-Raja Keturunannya Yang dimakamkan di sini.
Di desa Giriloyo selain terkenal Kampung Batik Tulis Giriloyo juga terkenal ahli Gurah, yaitu membersihkan lendir pada tenggorokan dan kesehatan lain yang berhubungan dengan tenggorokan. Biasanya banyak penyanyi yang datang untuk gurah di sini, tetapi sekarang sudah banyak anak-cucu penemu pengobatan Gurah membuka cabang di mana-mana, banyak ditemukan tulisan-tulisan maupun promo tentang gurah ini menyebar di seluruh kota besar di Indonesia. Namun banyak orang yang lebih percaya kepada ahli gurah yang tua di Giriloyo ini. Di sini juga tempat keberadaannya Keris, tempatnya ahli pembuat Keris. Lengkaplah sudah kepiawaian masyarakat di Giriloyo ini di samping banyak seniman lukis.
Kembali kepada batik, banyak sekali pembatik terkenal di sini, penulis hanya mengunjungi satu Pembuat batik yang sekaligus juga membuka kursus membatik. Biasanya selain turis lokal banyak turis mancanegara yang berminat untuk belajar. Kursus kilat dua jam tidak membuat penggemar batik langsung mahir membatik, biasanya ingin mengetahui bagaimana proses pembuatan batik dan mencoba cara membatik. Kain batik ini menjadi lembar cantik setelah melalui beberapa proses pewarnaan alami. Batik tulis tidak memakai warna syntetis, makanya warna pada batik tulis tidak terlalu cerah/ngejreng, karena pewarnaannya menggunakan pewarna alami yang berasal dari kulit kayu, akar, kulit buah dan lainnya dari tanaman.
Proses pewarnaannya pun cukup rumit, misalnya sebelum memulai membatik, kain dipukul-pukul dahulu agar lunak tidak kaku. Setelah selesai melakukan pembatikan dengan malam, bahan batik tadi dicelup, kemudian dilorot/dikerok malamnya, selanjutnya ketika ingin memberi warna lain maka harus menutup dengan malam alias membatik lagi dengan mengikuti lukisan yang sudah jadi tadi, kemudian diwedel dilorot lagi tergantung berapa warna yang diinginkannya. Makanya kenapa harga batik termasuk harga yang cukup aduhai. Apalagi batik tulis dari bahan sutera, dengan seni batik yang tinggi, harganya sangat fantastis, Itulah harga nilai seni yang dikerjakan secara handmade.
Salah satu Tempat Pengrajin batik tulis di kampung batik giriloyo di sini disamping pembuatan batik, mereka memberikan pelajaran cara membatik dan pengenalan proses pembuatan batik.
Di sini sedikit sekali batik cap, kebanyakan batik tulis, karena para pembatik yang turun-temurun ini tetap mempertahankan batik tulis daripada batik cap, nguri-uri kabudayan membatik tulis. Syukurlah mereka tidak tergiur dengan penghasilan instan, kami ikut bangga atas prinsip yang dimilikinya. Hebat, semoga sampai anak-cucu mereka berprinsip mempertahankan warisan budya bernilai tinggi meskipun prosesnya memakan waktu lama, tetapi hasilnya memuaskan.
Toko batik di sini tidak hanya memasarkan batikannya sendiri, tetapi menerima setoran pembatik rumahan yang menjual hasil batikannya kepada toko ini dalam keadaan masih mentah. Pembatik rumahan ini menjual batikannya agar segera mendapatkan dana tunai tidak menunggu lama dan segera dibelikan bahan lagi serta mulai membatik lagi, sedangkan kalau menunggu proses sampai selesai memerlukan waktu -/+ dua bulan, serta memerlukan modal untuk biaya proses penyelesaian cukup tinggi pula. Toko ini juga menjual batikan yang masih mentah, para pembeli akan mewarnai atau medel sendiri sesuai keinginan namun masih dalam pakem-pakemnya
Masih ratusan lagi motif batik yang ada di sini, bahkan menyediakan batik lawas, dengan usia kuno. Untuk itu, mari kita jaga warisan budaya leluhur yang tidak ternilai harganya.
Jika batik-batik ingin diakui oleh negara yang menginginkannya, tidak mungkin mereka tidak mempunya nilai historisnya. Falsafah yang ada di dalamnya juga bernilai sangat tinggi, tidak akan cocok diterapkan di negara lain, misalnya notif "Semar Mesem" mana mungkin diterapkan di Eropa, tidak mungkin kan di sana tidak ada Semar.
===========
Sumber Asli tentang Kampung Batik Giriloyo ini adalah Tulisan dari Sahabat Kompasina: Mrs. Ngesti Setyo Moerni link aslinya ada disini Terima kasih telah mengekspos Potensi Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta